Semarang Kota Air
Semarang, kota yang identik dengan kalinya yang banjir. Yaa, memang, banyak buktinya. Hari ini, Selasa (15/01) genangan air terjadi di berbagai sudut kota Semarang. Mulai dari perumahan warga, jalan protokol, hingga berbagai tempat publik lainnya. Bisa dikatakan Semarang Kota Air. Permasalahan utamanya adalah kota Semarang yang ada di dataran rendah dan juga sistem drainase yang tak terkontrol dengan baik.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan ibuku saat memilih rumah tinggal. Trauma mungkin pernah tinggal di daerah Semarang bawah yang akan banjir saat diguyur hujan lebat. Ibu memilih untuk membeli rumah di daerah atas, ya meskipun jauh dari kota dan sekolah anak-anaknya. Tapi ibu merasa aman dan nyaman untuk tinggal di daerah yang bebas banjir.
Kini pun, berbondong-bondong developer perumahan membuka lahan di kawasan perbukitan. Dengan menjanjikan hunian yang nyaman, asri, dan bebas banjir mereka merubah bukit-bukit resapan air menjadi balok-balok perumahan. Tak bisa dipungkiri, kebutuhan akan tempat tinggal memang semakin menyeruak. Lahan-lahan kosong memang masih banyak tersisa di daerah perbukitan, mungkin itulah alasan developer perumahan untuk eksodus dari daerah kota ke pinggiran kota.
Namun, sangat disayangkan pembangunan yang kadang tak peduli masalah AMDAL cukup berdampak pada lingkungan. Air hujan yang harusnya meresap dulu ke tanah-tanah perbukitan kini turun langsung ke daerah bawah. Selain itu, jika tak benar-benar matang dalam konsep pembangunan perumahan, longsor bisa menjadi salah satu ancaman bagi penghuninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar