Senin, 10 September 2012

CINTA, Perspektifku Berbicara


CINTA, Perspektifku Berbicara

            Cinta, apa itu cinta? Apakah kamu bisa mendiskripsikannya? Menjelaskannya? Aku tidak. Bagiku sulit atau bahkan sangat sulit untuk mendefinisikan cinta dengan kata-kata. Aku hanya bisa merasakan definisi kata cinta. Ya, cinta itu masalah rasa. Dia tak berbentuk, dia abstrak, tapi jiwa kita bisa merasakannya. Aku bilang kita, karena bagiku cinta adalah perasaan yang sama yang dimiliki oleh dua orang manusia. Ada yang bilang cinta itu tak harus memiliki. Ah, aku tak sepakat dengan kutipan ini. Bagiku cinta adalah makna dari imbuhan ber- dimana artinya adalah saling, saling cinta.
            Dengan cinta aku mulai belajar banyak hal. Aku belajar untuk berbagi dari sisi egoisku. Aku belajar meminta maaf dari sisi gengsiku. Aku belajar berkorban dari sisi keangkuhanku. Aku belajar untuk menjaga yang aku miliki walau aku tak punya hak milik mutlak atasnya.
            Tak mudah bagiku untuk mendapatkan rasa cinta. Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta. Banyak tangga yang harus kudaki agar bisa merasakannya. Sebagai seorang perempuan aku punya perlindungan atas hatiku, atas perasaanku. Kalau aku sakit, toh aku sendiri juga kan yang merasakannya? Pesanku jangan terlalu mudah untuk kamu membagi cinta pada orang lain. Aku garis bawahi di sini CINTA.
Pernahkah kamu merasa kehilangan rasa cinta? Bagaimana rasanya? Sakitkah? Hampakah? Atau seperti apa yang kamu rasakan? Aku merasakan sangat kosong ketika kehilangan cinta. Jiwaku sunyi, tak berbunyi, kosong tak ada yang menyokong, sedih bercampur pedih. Aku jatuh, aku terpuruk. Sakit sekali rasanya, tak ada daya untuk berupaya.
Lalu bagaimana caraku untuk bangkit? Belum menemukan cinta baru bukan hal yang permisif untukmu untuk tak bangkit. Lalu sampai kapan kamu akan merasakan hal-hal yang menyengsarakan itu jika kamu tak mau belajar untuk bangkit? Aku berkata seperti ini karena aku pun pernah merasakannya.
Uring-uringan, bersedih, menangis di bawah bantal juga pernah aku alami. Tahu apa yang aku lakukan? Kuserahkan semuanya ke Allah. Aku masih punya Allah. Klise mungkin, tapi ya memang itu yang aku lakukan dan bisa aku lakukan. Butuh waktu untuk bangkit. Aku terus menunggu momen itu datang. Terus kupasrahkan semua rasaku ini pada Allah. Sampai pada suatu titik, momen puncak, aku disadarkan untuk IKHLAS. Ikhlas bahwa cintaku yang dulu kurasa memang bukan untukku. Sekuat apapun kita berusaha kalau cinta itu bukan jodoh kita apa mau dikata. Saat kita merasakan memiliki sesuatu akan tiba saatnya juga saat kita kehilangannya. IKHLAS, IKHLAS, IKHLAS semua akan indah dan baik-baik saja saat ikhlas sudah muncul.