Sabtu, 02 Januari 2021

Laut Bercerita, Kisah 13 Mahasiswa yang Diculik dan Diadili tanpa Pengadilan

 Setelah buku ini teronggok hampir 2 tahun di rak buku, akhirnya di akhir tahun 2020 saya mengakhiri ceritanya. Laut bercerita, novel karya Leila S. Chudori ini berkisah tentang 13 mahasiswa UGM di tahun 1991 yang memiliki kesamaan visi dan misi, menggulingkan pemerintahan Orde Baru yang diktaktor. Mereka menyewa sebuah rumah di daerah Seyegan, Yogyakarta sebagai markas dan tempat tinggal.

Para mahasiswa aktivis ini tergabung dalam organisasi Winatra. Kegiatan mereka banyak diisi dengan diskusi dan bersama para warga mengadakan aksi melawan kebijakan pemerintah yang merugikan dan merampas hak warga pinggiran.

Kegiatan mereka mendapat banyak hambatan. Kegiatan diskusi dan aksi yang dianggap melawan pemerintah langsung dibubarkan. Para pelaku aksi dan diskusi langsung diringkus tiada ampun. Mata-mata pemerintah disebar di penjuru kampus dan kota guna membinasakan kecoa-kecoa yang anti dengan pemerintah. Pengadilan? Jangan harap mereka diadili di meja pengadilan. Beragam siksaan didapat guna mendapat informasi dari para korban. Benar-benar pelanggaran HAM berat.

Para aktivis Seyegan pun tak luput dari penculikan, penyiksaan, dan mungkin pembunuhan karena beberapa dari mereka hilang dan tak kembali. Hormat saya setinggi-tingginya untuk para pahlawan Reformasi yang dengan berani dan tak peduli mati untuk menggulingkan pemerintahan diktaktor saat itu. Peluk erat untuk keluarga korban atas duka yang didapat. Hingga saat ini tradisi Kamisan masih dilakukan oleh keluarga korban HAM di masa orde baru.

Novel ini layak untuk dibaca karena ditulis berdasarkan riset dan kisah nyata para korban. Sebagai gambaran bagaimana situasi masa Orde Baru sebenarnya.