KAPITALISME
MEDIA MASSA
A.
PENDAHULUAN
Media
massa kebanyakan ini adalah milik swasta dan pemiliknya adalah serombongan
orang-orang kaya di suatu negara. Seperti misalnya, di Indonesia, stasiun
televisi TV One dan ANTV adalah aset dari Abu Rizal Bakrie, salah satu orang
terkaya di Asia Tenggara.
Terdapat
tiga konsep tentang media massa, yaitu:
1. Media
massa merupakan bisnis yang menguntungkan.
2. Perkembangan
teknologi merupakan integral dari perubahan, tentang bagaimana media masa
sampai dan di”konsumsi” atau digunakan oleh masyarakat.
3. Media
massa merefleksikan dan mempengaruhi masyarakat politik dan kultur.
Dalam
perspektif Marxian, media massa dipandang sebagai alat produksi yang disesuaikan
dengan industri umum kapitalis beserta faktor produksi dan hubungan
produksinya.
Marxis
juga memiliki beberapa asumsi tentang media, yakni:
1. Media
massa dimiliki oleh orang-orang atau kelompok borjuis (pemilik faktor
produksi).
2. Media
beroperasi sesuai dengn kepentingan umum kaum borjuis.
3. Media
mempromosikan kesadaran palsu kepada para pekerja.
4. Media
tidak membuka akses kepada kelompok-kelompok yang memiliki pandangan politis
yang berlawanan dengan kelompoknya.
5. Media
dipandang sebagai arena pertarungan ideologi antar kelas.
6. Kontrol
tertinggi sangan terkonsentrasi dalam monoopoli modal.
Beberapa hal di atas sudah membuktikan
memang benar adanya bahwa media massa dewasa ini telah dikapitalisasi oleh
orang-orang bermodal yang tentu saja untuk memberi keuntungan kepada kelompok
mereka.
B.
MEDIA
MASSA DAN KAPITALISME
Terdapat
dua asumsi dasar media masa yang melatarbelakangi media massa, yaitu:
1. institusi
media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi pengetahuan dalam
pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna tantang pengalaman
dalam kehidupan sosial. Dalam hal ini media massa memiliki posisi yang begitu
penting dalam proses transformasi pengetahuan.
2. Media
masa memiliki peran mediasi antara realitas sosial yang objektif dengan
pengalaman pribadi. Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan
publik. Pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota
masyarakat secara luas.
Denis McQuail mengatakan
ciri-ciri khusus institusi media massa antara lain:
§ Memproduksi
dan mendistribusi “pengetahuan” dalam wujud informasi, pandangan dan budaya
upaya tersebut merupakan respons terhadap kebutuhan sosial kolektif dan
permintaan individu
§ Menyediakan
saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain, dari pengirim ke
penerima, dari khalayak kepada anggota khalayak lainnya
§ Media
meyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik
§ Partisipasi
anggota khalayak dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa
adanya keharusan yang atau kewajiban sosial
§ Institusi
media dikaitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya pada imbalan
kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan
§ Meskipun
institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini
selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian
media dengan mekanisme hukum.
Ciri-ciri
yang berkaitan erat dengan kapitalis adalah mengenai institusi media yang
diakitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja,
teknologi dan kebutuhan pembiayaan. Sistem kapitalis modern pada dasarnya
mengandung kontradiksi-kontradiksi internal yang menyangkut peran media.
Media
massa mengalami kontradiksi sebagai institusi kapitalis yang berorientasi pada
keuntungan dan akumulasi modal. Media massa harus berorientasi pada pasar dan
sensitif terhadap dinamika persaingan pasar agar selalu mendapat tempat di hati
pemirsanya sehingga mendapat benyak pemasukan dari iklan-iklan. Di lain pihak
media massa juga sering dijadikan alat atau menjadi struktur politik negara
yang menyebabkan media massa tersubordinasikan dalam mainstream negara.
Contohnya, pada masa Orde Baru media massa menjadi agen hegemoni dan alat
propaganda pemerintah.
Ideologi
media massa yang takluk di bawah cengkeraman kapitalisme media massa membentuk
sikap dan perilaku pekerja media yang memosisikan informasi semata-mata sebagai
komoditas. Informasi tanpa bobot komoditas dinilai jauh dari rasa ingin tahu (sense of curiosity). Padahal, pemenuhan
keingintahuan manusia pada umumnya sangat bergantung kepada kemauan baik
pengelola lembaga media massa dalam menyajikan informasi.
Penguasaan
terhadap media massa adalah aspek utama penguasaan politik dan ekonomi. Secara
politik kalangan industri media dan komunikasi dapat menentang dan bahkan
sekeras mungkin berupaya mengurangi berbagai intervensi negara dalam aktivitas
mereka. Kekuatan ini akan segera bereaksi apabila pemerintah berencana
mengeluarkan suatu usulan atau kebijakan terhadap sistem media dan komunikasi.
Terdapat
banyak teori yang menjelaskan bagaimana kapitalisme media massa itu berjalan,
diantaranya:
·
Marxisme-pandangan klasik
Media
massa sesuai dengan tipe umum industri kapitalis yang merupakan alat produksi
yang menguntungkan. Media massa cenderung dikuasai oleh kaum kapitalis, yang
dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional dan tentunya unutk
memenuhi kepentingan kelas pemilik modal tersebut. Demi memnuhi kepentingan
kaun mereka, kaum kapitalis cenderung mengeksploitasi pekerja media dan
konsumen secara material demi mendapatkan keuntungan yang banyak. Pemikiran teori
Marx inilah yangkemudian mendorong lahirnya teoi lainnya seperti tori politik
ekonomi, teori kritik dan yeori hegemoni budaya.
·
Teori Media, Politik, dan Ekonomi
Teori
ini mengemukakan ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan
perhatian penelitian pada analis empiris terhadap struktur pemilikan dan
mekanisme kerja pada media.
Institusi
media dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang erat kaitannya dengan
sistem politik. Pengetahuan yang diberikan media kepada masyarakat, sebagian
besar ditentukan oleh nilai tukar beragam isi dalam kondisi yang memaksaka
perluasan pasar, dan juga kepentingan ekomoni, politik para pemilik dan penentu
kebijakan.
Media
sebenarnya menciptakan dan membentuk perilaku publik terhadap hal-hal tertentu,
sikap politik misalnya sampai pada batas-batas tertentu.
·
Pendekatan Fungsional Struktural
Teori
ini menganggap bahwa institusi media erat kaitannya dengan kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan yang dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan
kesinambungan, ketertiban, integrasi, pengarahan, dan adaptasi. Masyarakat
adalah sebuah sistem yang terdiri dari bebrapa bagian yang tidak dapat
dipisahkan dan saling berkaitan. Sebenarnya, kewajiban media adalah menciptakan
sebuah integrasi. Namun, pada kenyataanya, pendekatan fungsional struktural
sering menjadi subsistem yang memiliki ketergantungan penuh pada sistem
kapitalis. Sehingga kemampuan untuk melakukan fungsi media secara ideal tidak
bisa terealisir karena dikalahkan kepentingan pemodal.
C. INDUSTRI
MEDIA: SEBUAH TELAAH KRITIS
Terdapat
tiga hal penting yang digunakan sebagai patokan dalam mengidentifikasikan
karakteristik suatu industri. Ketiga hal itu tersebut berkaitan dengan customer requirements, competitive
environment, dan social expectation.
Customer requirement
merujuk pada harapan konsumen mengenai produk yang mencakup aspek kualitas,
diversitas dan ketersediaan; competitive
environment merupakan lingkungan persaingan yang dihadapi perusahaan.
Sementara social expectation
berhubungan dengan tingkatan harapan masyarakat terhadap keberadaan industri.
Industri media seiring dengan revolusi teknologi komunikasi mencapai tahap
industri modern dengan segala konsekuensinya. Hal ini menempatkan media pada
sisi yang dilematis yakni antara pemenuhan fungsi media secara komprehensif
dengan kepentingan bisnis.
Persoalan
modus komersialisasi industri media massa memiliki berbagai kelemahan, bahkan dapat
menyebabkan hal yang kontraproduktif bagi para kapitalis. Di antara
kelemahannya itu antara lain: Pertama, para kapitalis media selalu berusaha semaksimal
mungkin untuk mengurangi resiko usaha. Sebagian besar pasar yang ada sekarang
ini lebih cenderung membentuk kekuatan oligopolistik, dimana beberapa industri
media menciptakan serangkaian hambatan yang menutup peluang pendatang baru yang
mereka kuasai. Namun, dalam artian penekanan harga, produksi dan keuntungan,
kekuatan oligopolistik yang ada justru mengarah ke arah terbentuknya monopoli
yang sangat jauh dari mitos: pasar yang penuh persaingan. Para kapitalis media
lebih senang mengelompokan diri dan menjadikan kekuatan ekonomi berpusat dan
bersifat monopolistik Selanjutnya jika seluruh media kemudian membentuk pasar
monopoli maka sesungguhnya hal ini bisa berefek pada sistem demokrasi.
Kedua,
dalam kaitannya dengan sistem media, hal ini menunjukkan bahwa sistem
komunikasi yang lahir tentunya harus mampu memenuhi tuntutan kebutuhan pemilik
modal media. Pasar akan memenuhi keinginan masyarakat sesuai dengan kriteria
yang paling menguntungkan secara ekonomi dan politik bagi para pemilik modal.
Akibatnya pasar didorong oleh niat para pemilik modal untuk menciptakan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, pasar tidak akan pernah
dapat mengatasi konsekuensi-konsekuensi setiap paket yang disiarkan. Memang
tidak dapat diabaikan banyak produk media masa yang positif dalam arti
memuaskan publik namun banyak pula pada kenyataannya mengandung aspek negatif.
Tidak sedikit media yang memproduksi acara-acara dangkal dan tidak sesuai
konteks budaya, hanya karena persoalan pesanan.
Ketiga,
pada tingkat individu pasar juga merupakan indikasi yang menunjukan kedangkalan
terhadap apa yang disebut sebagai kebutuhan dan keinginan manusia. Nilai-nilai
sosial budaya semacam cinta kasih, toleransi, kekeluargaan dan solidaritas
sosial digantikan oleh nilai material. Prestasi ekonomi adalah landasan uatama
untuk memberikan ukuran kehormatan dan harga diri bukan karena secara moral ia
berbudi luhur.
Keempat,
banyak kekuatan ideologi pasar sebagai suatu mekanisme pengatur untuk media
berasal dari metafora tentang pasar bebas ide-ide (marketplace of ideas). Pasar
diandaikan sebagai suatu mekanisme pengatur yang bersifat bebas nilai dan
netral. Akan tetapi dalam kenyataanya pasar bebas ide itu berlaku bagi produk
yang komersil dan tidak berbenturan dengan status quolah serta mewakili
pandangan yang tidak melawan sistem yang ada.
D. PENUTUP
Media
massa merupakan suatu sistem yang memiliki keterikatan dengan industri pasar,
yang secara lebih luas dengan sistem kapitalis dan kapitalisme. Media massa
mengalami kontradiksi dimana di satu sisi sebagai institusi kapitalis yang
berorientasi pada keuntungan dan akumulasi modal, sementara di sisi lain media
massa juga sering dijadikan alat atau menjadi struktur politik negara yang
menyebabkan media massa tersubordinasikan dalam mainstream negara.
Persoalan
modus komersialisasi industri media massa mengandung berbagai kelemahan bahkan
dapat menyebabkan kontraproduktif bagi para kapitalis. Kelemahan itu sendiri
seperti: pasar yang ada sekarang ini lebih cenderung membentuk kekuatan
oligopolistik, pasar didorong para pemilik modal untuk menciptakan keuntungan
yang sebesar-besarnya, pasar menunjukan kedangkalan terhadap kebutuhan dan
keinginan manusia serta kenyataan bahwa pasar bebas ide, bebas nilai dan
netral, berlaku bagi produk yang komersil dan tidak berbenturan dengan status
quo.
DAFTAR
PUSTAKA
§ Chesney,
Robert Mc., Konglomerasi Media Massa dan
Ancaman Terhadap Demokrasi, Andi Achdian (terj), Jakarta : Aji, Th. 1998
§ Johnson,
Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik Dan
Modern, Robert M. Z. Lawang (terj). Jakarta: PT. Gramedia. 1986
§ McQuil,
Denis, Teori Komunikasi Massa, Agus
Dharma (terj.), Jakarta: Erlangga, 1987
§ Rahayu,
Analisis Dampak Pergeseran Karakteristik
Industri Pers pada Strategi Perusahaan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia,
dalam Jurnal Komunikasi, Vol.V/Oktober 2000
§ Smythe,
Dallas, Communication: Blindspot of
Western Marxism, Canadian Journal of Political and Social Theory, Volume 1,
Number 3,1977