Kehilanganmu, Bapak..
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali...
Kehilanganmu, Bapak, membuat saya memutar kembali memori-memori masa lampau, mencermati setiap sudut rumah. Begitu banyak seni yang kau hasilkan di sana. Masih membekas di pikiran saat Bapak setiap bulan hanya pulang 2 minggu sekali di hari Sabtu dan Minggu karena tuntutan pekerjaan untuk menafkahi kami sekeluarga.
Gurat-gurat tua dan lelah mulai terlihat beberapa tahun terakhir ini, tapi Bapak masih saja bekerja. Seperti Bapak bilang "saya mau bekerja sampai mati". Dan itu menjadi nyata. Sampai di usia 60 tahun, beberapa hari sebelum jatuh sakit, Bapak masih memegang sebuah proyek baru di Kudus.
Masih ada banyak harapan Ririn buat Bapak. Betapa inginnya anak perempuan satu-satunya Bapak ini dinikahkan oleh Bapak. Merenovasi rumah untuk Bapak dan Ibu agar lebih nyaman untuk masa tuanya. Memberikan cucu untuk Bapak. Rasanya kurang cukup waktumu di dunia ini, Bapak.
Kini, bahkan saat rindu pun, Ririn tidak bisa menemukan sosokmu lagi, Bapak. Ternyata, begitu sakitnya rasa kehilangan yang tidak bisa bertemu lagi.
Selamat jalan, Bapak. Kami selalu mendoakanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar