Saat Reni meminta Aldi untuk membuktikan cintanya pada Reni, Aldi hanya terdiam. Terdiam beberapa saat sampai berkata, aku menyerah, aku tidak mencintaimu lagi. Seketika itu juga tubuh Reni lemas dan terjatuh. Air mata menyusuri pipinya hingga jatuh ke lantai. "Jadi apa arti dari yang selama ini kita perjuangkan Al? Kamu lupa komitmen kita? Kamu lupa cita-cita kita untuk menikah tahun depan? Aku harus bilang apa ke kedua orang tuaku?"rintih Reni.
"Maafkan aku Ren, tiba-tiba aku sangat takut untuk melanjutkan hubungan ini, hubungan yang seumur hidup hanya mau aku lakukan sekali dan selamanya. Aku takut nantinya kita malah bercerai Ren. Hubungan yang dari awal dimulai dengan ragu-ragu, siapa yang bisa menebak endingnya?"jawab Aldi.
"Pasti ada wanita lain kan? Tidak mungkin kamu berubah secepat ini. Lalu apa artinya semua yang telah aku berikan ke kamu? Kamu minta semuanya, aku percaya kamu, aku berikan semuanya. Sekarang aku tak punya yang bisa aku banggakan lagi sebagai perempuan, hadiah untuk suamiku. Kamu bejat Al!"teriak Reni.
"Kejadian itu berlangsung begitu saja Ren, maafkan aku. Kamu pasti juga menikmatinya saat itu. Maaf Ren."
Reni hanya bisa menyesal dan menangis sesenggukan, jawaban Aldi sungguh mengiris-iris perasaannya, menusuk palung terdalam hatinya. "Lalu hadiah apa yang pantas aku berikan untuk suamiku nanti, jika hadiah terindah untuknya dariku telah aku berikan pada mantan calon suamiku? Adakah yang masih mau menerimaku?" Reni dalam rintihnya, sebuah penyesalan terdalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar