CINTA,
Perspektifku Berbicara
Cinta,
apa itu cinta? Apakah kamu bisa mendiskripsikannya? Menjelaskannya? Aku tidak.
Bagiku sulit atau bahkan sangat sulit untuk mendefinisikan cinta dengan
kata-kata. Aku hanya bisa merasakan definisi kata cinta. Ya, cinta itu masalah
rasa. Dia tak berbentuk, dia abstrak, tapi jiwa kita bisa merasakannya. Aku
bilang kita, karena bagiku cinta adalah perasaan yang sama yang dimiliki oleh
dua orang manusia. Ada yang bilang cinta itu tak harus memiliki. Ah, aku tak
sepakat dengan kutipan ini. Bagiku cinta adalah makna dari imbuhan ber- dimana
artinya adalah saling, saling cinta.
Dengan
cinta aku mulai belajar banyak hal. Aku belajar untuk berbagi dari sisi
egoisku. Aku belajar meminta maaf dari sisi gengsiku. Aku belajar berkorban
dari sisi keangkuhanku. Aku belajar untuk menjaga yang aku miliki walau aku tak
punya hak milik mutlak atasnya.
Tak
mudah bagiku untuk mendapatkan rasa cinta. Aku bukan tipe orang yang mudah
jatuh cinta. Banyak tangga yang harus kudaki agar bisa merasakannya. Sebagai
seorang perempuan aku punya perlindungan atas hatiku, atas perasaanku. Kalau
aku sakit, toh aku sendiri juga kan yang merasakannya? Pesanku jangan terlalu
mudah untuk kamu membagi cinta pada orang lain. Aku garis bawahi di sini CINTA.
Pernahkah kamu merasa kehilangan rasa
cinta? Bagaimana rasanya? Sakitkah? Hampakah? Atau seperti apa yang kamu
rasakan? Aku merasakan sangat kosong ketika kehilangan cinta. Jiwaku sunyi, tak
berbunyi, kosong tak ada yang menyokong, sedih bercampur pedih. Aku jatuh, aku
terpuruk. Sakit sekali rasanya, tak ada daya untuk berupaya.
Lalu bagaimana caraku untuk bangkit?
Belum menemukan cinta baru bukan hal yang permisif untukmu untuk tak bangkit.
Lalu sampai kapan kamu akan merasakan hal-hal yang menyengsarakan itu jika kamu
tak mau belajar untuk bangkit? Aku berkata seperti ini karena aku pun pernah
merasakannya.
Uring-uringan, bersedih, menangis di
bawah bantal juga pernah aku alami. Tahu apa yang aku lakukan? Kuserahkan
semuanya ke Allah. Aku masih punya Allah. Klise mungkin, tapi ya memang itu
yang aku lakukan dan bisa aku lakukan. Butuh waktu untuk bangkit. Aku terus
menunggu momen itu datang. Terus kupasrahkan semua rasaku ini pada Allah.
Sampai pada suatu titik, momen puncak, aku disadarkan untuk IKHLAS. Ikhlas
bahwa cintaku yang dulu kurasa memang bukan untukku. Sekuat apapun kita
berusaha kalau cinta itu bukan jodoh kita apa mau dikata. Saat kita merasakan
memiliki sesuatu akan tiba saatnya juga saat kita kehilangannya. IKHLAS,
IKHLAS, IKHLAS semua akan indah dan baik-baik saja saat ikhlas sudah muncul.