Sabtu, 25 Agustus 2012

CERITA LIMA TAHUN LALU .. (2)



CERITA LIMA TAHUN LALU .. (2)

Mulai Tersadar
            Guru Biologiku pernah berkata, apa yang kita dapatkan di dunia ini adalah takdir dari Allah, termasuk tempat bersekolah. Sekuat apapun kita berusaha kalau takdir kita bukan di sekolah yang kita inginkan ya tidak bisa sekolah di sana. Perlahan-lahan aku mulai menyadarkan diriku, takdirku masuk di SMA 2 bukan SMA 3. Mau aku kaya gimana, jungkir balik, tetap saja aku sekolah di SMA 2.
            Di semester 2 aku mulai memperbaiki nilai, aku mulai les di bimbingan belajar, privat di rumah untuk mendongkrak nilai yang terpuruk. Alhamdulillah aku bisa naik kelas dan masuk ke kelas IPA. Rasa bersyukurku kepada Allah mulai keluar. Untuk naik kelas dan masuk kelas IPA di SMA 2 aja aku harus berusaha keras sampai jungkir balik. Apalagi kalau aku jadi siswa SMA 3 dimana tuntutan muridnya sangat lebih tinggi daripada di SMA 2. Ahh, Allah memang selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya, walaupun hamba-hambanya terlambat untuk menyadarinya.
            Pelajaran untuk bersyukur dan menerima bahwa takdir yang diberikan Allah memang yang terbaik untuk hambanya. Allah tahu itu J

CERITA LIMA TAHUN LALU.... (1)


Jumat, 17 Agustus 2012

kapitalisme media massa


KAPITALISME MEDIA MASSA

        A.    PENDAHULUAN
Media massa kebanyakan ini adalah milik swasta dan pemiliknya adalah serombongan orang-orang kaya di suatu negara. Seperti misalnya, di Indonesia, stasiun televisi TV One dan ANTV adalah aset dari Abu Rizal Bakrie, salah satu orang terkaya di Asia Tenggara.
Terdapat tiga konsep tentang media massa, yaitu:
1.      Media massa merupakan bisnis yang menguntungkan.
2.      Perkembangan teknologi merupakan integral dari perubahan, tentang bagaimana media masa sampai dan di”konsumsi” atau digunakan oleh masyarakat.
3.      Media massa merefleksikan dan mempengaruhi masyarakat politik dan kultur.
Dalam perspektif Marxian, media massa dipandang sebagai alat produksi yang disesuaikan dengan industri umum kapitalis beserta faktor produksi dan hubungan produksinya.
Marxis juga memiliki beberapa asumsi tentang media, yakni:
1.      Media massa dimiliki oleh orang-orang atau kelompok borjuis (pemilik faktor produksi).
2.      Media beroperasi sesuai dengn kepentingan umum kaum borjuis.
3.      Media mempromosikan kesadaran palsu kepada para pekerja.
4.      Media tidak membuka akses kepada kelompok-kelompok yang memiliki pandangan politis yang berlawanan dengan kelompoknya.
5.      Media dipandang sebagai arena pertarungan ideologi antar kelas.
6.      Kontrol tertinggi sangan terkonsentrasi dalam monoopoli modal.
Beberapa hal di atas sudah membuktikan memang benar adanya bahwa media massa dewasa ini telah dikapitalisasi oleh orang-orang bermodal yang tentu saja untuk memberi keuntungan kepada kelompok mereka.


        B.     MEDIA MASSA DAN KAPITALISME
Terdapat dua asumsi dasar media masa yang melatarbelakangi media massa, yaitu:
1.      institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna tantang pengalaman dalam kehidupan sosial. Dalam hal ini media massa memiliki posisi yang begitu penting dalam proses transformasi pengetahuan.
2.      Media masa memiliki peran mediasi antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan publik. Pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara luas.
Denis McQuail mengatakan ciri-ciri khusus institusi media massa antara lain:
§  Memproduksi dan mendistribusi “pengetahuan” dalam wujud informasi, pandangan dan budaya upaya tersebut merupakan respons terhadap kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu
§  Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain, dari pengirim ke penerima, dari khalayak kepada anggota khalayak lainnya
§  Media meyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik
§  Partisipasi anggota khalayak dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa adanya keharusan yang atau kewajiban sosial
§  Institusi media dikaitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan
§  Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media dengan mekanisme hukum.
Ciri-ciri yang berkaitan erat dengan kapitalis adalah mengenai institusi media yang diakitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan. Sistem kapitalis modern pada dasarnya mengandung kontradiksi-kontradiksi internal yang menyangkut peran media.
Media massa mengalami kontradiksi sebagai institusi kapitalis yang berorientasi pada keuntungan dan akumulasi modal. Media massa harus berorientasi pada pasar dan sensitif terhadap dinamika persaingan pasar agar selalu mendapat tempat di hati pemirsanya sehingga mendapat benyak pemasukan dari iklan-iklan. Di lain pihak media massa juga sering dijadikan alat atau menjadi struktur politik negara yang menyebabkan media massa tersubordinasikan dalam mainstream negara. Contohnya, pada masa Orde Baru media massa menjadi agen hegemoni dan alat propaganda pemerintah.
Ideologi media massa yang takluk di bawah cengkeraman kapitalisme media massa membentuk sikap dan perilaku pekerja media yang memosisikan informasi semata-mata sebagai komoditas. Informasi tanpa bobot komoditas dinilai jauh dari rasa ingin tahu (sense of curiosity). Padahal, pemenuhan keingintahuan manusia pada umumnya sangat bergantung kepada kemauan baik pengelola lembaga media massa dalam menyajikan informasi.
Penguasaan terhadap media massa adalah aspek utama penguasaan politik dan ekonomi. Secara politik kalangan industri media dan komunikasi dapat menentang dan bahkan sekeras mungkin berupaya mengurangi berbagai intervensi negara dalam aktivitas mereka. Kekuatan ini akan segera bereaksi apabila pemerintah berencana mengeluarkan suatu usulan atau kebijakan terhadap sistem media dan komunikasi.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan bagaimana kapitalisme media massa itu berjalan, diantaranya:
·         Marxisme-pandangan klasik
Media massa sesuai dengan tipe umum industri kapitalis yang merupakan alat produksi yang menguntungkan. Media massa cenderung dikuasai oleh kaum kapitalis, yang dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional dan tentunya unutk memenuhi kepentingan kelas pemilik modal tersebut. Demi memnuhi kepentingan kaun mereka, kaum kapitalis cenderung mengeksploitasi pekerja media dan konsumen secara material demi mendapatkan keuntungan yang banyak. Pemikiran teori Marx inilah yangkemudian mendorong lahirnya teoi lainnya seperti tori politik ekonomi, teori kritik dan yeori hegemoni budaya.

·         Teori Media, Politik, dan Ekonomi
Teori ini mengemukakan ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian penelitian pada analis empiris terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja pada media.
Institusi media dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang erat kaitannya dengan sistem politik. Pengetahuan yang diberikan media kepada masyarakat, sebagian besar ditentukan oleh nilai tukar beragam isi dalam kondisi yang memaksaka perluasan pasar, dan juga kepentingan ekomoni, politik para pemilik dan penentu kebijakan.
Media sebenarnya menciptakan dan membentuk perilaku publik terhadap hal-hal tertentu, sikap politik misalnya sampai pada batas-batas tertentu.

·         Pendekatan Fungsional Struktural
Teori ini menganggap bahwa institusi media erat kaitannya dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan yang dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan kesinambungan, ketertiban, integrasi, pengarahan, dan adaptasi. Masyarakat adalah sebuah sistem yang terdiri dari bebrapa bagian yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Sebenarnya, kewajiban media adalah menciptakan sebuah integrasi. Namun, pada kenyataanya, pendekatan fungsional struktural sering menjadi subsistem yang memiliki ketergantungan penuh pada sistem kapitalis. Sehingga kemampuan untuk melakukan fungsi media secara ideal tidak bisa terealisir karena dikalahkan kepentingan pemodal.

        C.     INDUSTRI MEDIA: SEBUAH TELAAH KRITIS
Terdapat tiga hal penting yang digunakan sebagai patokan dalam mengidentifikasikan karakteristik suatu industri. Ketiga hal itu tersebut berkaitan dengan customer requirements, competitive environment, dan social expectation.
Customer requirement merujuk pada harapan konsumen mengenai produk yang mencakup aspek kualitas, diversitas dan ketersediaan; competitive environment merupakan lingkungan persaingan yang dihadapi perusahaan. Sementara social expectation berhubungan dengan tingkatan harapan masyarakat terhadap keberadaan industri. Industri media seiring dengan revolusi teknologi komunikasi mencapai tahap industri modern dengan segala konsekuensinya. Hal ini menempatkan media pada sisi yang dilematis yakni antara pemenuhan fungsi media secara komprehensif dengan kepentingan bisnis.
Persoalan modus komersialisasi industri media massa memiliki berbagai kelemahan, bahkan dapat menyebabkan hal yang kontraproduktif bagi para kapitalis. Di antara kelemahannya itu antara lain: Pertama, para kapitalis media selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi resiko usaha. Sebagian besar pasar yang ada sekarang ini lebih cenderung membentuk kekuatan oligopolistik, dimana beberapa industri media menciptakan serangkaian hambatan yang menutup peluang pendatang baru yang mereka kuasai. Namun, dalam artian penekanan harga, produksi dan keuntungan, kekuatan oligopolistik yang ada justru mengarah ke arah terbentuknya monopoli yang sangat jauh dari mitos: pasar yang penuh persaingan. Para kapitalis media lebih senang mengelompokan diri dan menjadikan kekuatan ekonomi berpusat dan bersifat monopolistik Selanjutnya jika seluruh media kemudian membentuk pasar monopoli maka sesungguhnya hal ini bisa berefek pada sistem demokrasi.
Kedua, dalam kaitannya dengan sistem media, hal ini menunjukkan bahwa sistem komunikasi yang lahir tentunya harus mampu memenuhi tuntutan kebutuhan pemilik modal media. Pasar akan memenuhi keinginan masyarakat sesuai dengan kriteria yang paling menguntungkan secara ekonomi dan politik bagi para pemilik modal. Akibatnya pasar didorong oleh niat para pemilik modal untuk menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, pasar tidak akan pernah dapat mengatasi konsekuensi-konsekuensi setiap paket yang disiarkan. Memang tidak dapat diabaikan banyak produk media masa yang positif dalam arti memuaskan publik namun banyak pula pada kenyataannya mengandung aspek negatif. Tidak sedikit media yang memproduksi acara-acara dangkal dan tidak sesuai konteks budaya, hanya karena persoalan pesanan.
Ketiga, pada tingkat individu pasar juga merupakan indikasi yang menunjukan kedangkalan terhadap apa yang disebut sebagai kebutuhan dan keinginan manusia. Nilai-nilai sosial budaya semacam cinta kasih, toleransi, kekeluargaan dan solidaritas sosial digantikan oleh nilai material. Prestasi ekonomi adalah landasan uatama untuk memberikan ukuran kehormatan dan harga diri bukan karena secara moral ia berbudi luhur.
Keempat, banyak kekuatan ideologi pasar sebagai suatu mekanisme pengatur untuk media berasal dari metafora tentang pasar bebas ide-ide (marketplace of ideas). Pasar diandaikan sebagai suatu mekanisme pengatur yang bersifat bebas nilai dan netral. Akan tetapi dalam kenyataanya pasar bebas ide itu berlaku bagi produk yang komersil dan tidak berbenturan dengan status quolah serta mewakili pandangan yang tidak melawan sistem yang ada.

      D.    PENUTUP
Media massa merupakan suatu sistem yang memiliki keterikatan dengan industri pasar, yang secara lebih luas dengan sistem kapitalis dan kapitalisme. Media massa mengalami kontradiksi dimana di satu sisi sebagai institusi kapitalis yang berorientasi pada keuntungan dan akumulasi modal, sementara di sisi lain media massa juga sering dijadikan alat atau menjadi struktur politik negara yang menyebabkan media massa tersubordinasikan dalam mainstream negara.
Persoalan modus komersialisasi industri media massa mengandung berbagai kelemahan bahkan dapat menyebabkan kontraproduktif bagi para kapitalis. Kelemahan itu sendiri seperti: pasar yang ada sekarang ini lebih cenderung membentuk kekuatan oligopolistik, pasar didorong para pemilik modal untuk menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya, pasar menunjukan kedangkalan terhadap kebutuhan dan keinginan manusia serta kenyataan bahwa pasar bebas ide, bebas nilai dan netral, berlaku bagi produk yang komersil dan tidak berbenturan dengan status quo.











DAFTAR PUSTAKA

§  Chesney, Robert Mc., Konglomerasi Media Massa dan Ancaman Terhadap Demokrasi, Andi Achdian (terj), Jakarta : Aji, Th. 1998
§  Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern, Robert M. Z. Lawang (terj). Jakarta: PT. Gramedia. 1986
§  McQuil, Denis, Teori Komunikasi Massa, Agus Dharma (terj.), Jakarta: Erlangga, 1987
§  Rahayu, Analisis Dampak Pergeseran Karakteristik Industri Pers pada Strategi Perusahaan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia, dalam Jurnal Komunikasi, Vol.V/Oktober 2000
§  Smythe, Dallas, Communication: Blindspot of Western Marxism, Canadian Journal of Political and Social Theory, Volume 1, Number 3,1977

Refleksi Pertambahan Usia


REFLEKSI PERTAMBAHAN USIA

Hari itu, 15 Juli 2012 aku berusia 21 tahun. Pada menit-menit sebelum waktu menunjukkan pukul 00.00 dan hari berganti, aku masih berkomunikasi dengan seseorang sampai dia mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” padaku. Setelah selesai aku berkomunikasi aku keluar dari kamar, dan saat itu ibu dan adik lelakiku masih terjaga. Aku berkata “Ibuuu,, ini sudah ganti hari lho, sudah tanggal 15.” Ibuku menyahut “Ohh,, iyaa mbakk.” Ibuku langsung menghampiriku dan memberikan sebungkus hadiah yang dibalut dengan kertas kado batik padaku. Aku sangat terkejut, tak seperti biasanya ibu memberikan kado padaku. “Ini hadiah dari semua (Bapak, Ibu, Kakak lelaki, dan Adik lelakiku) mbak.” Ucap ibuku seraya mencium pipiku. “Selamat ulang tahun ya.”tambahnya.

Aku masih penasaran dengan apa isi bungkusan itu. Bentuknya kotak, padat, dan keras. Aku guncang-guncangkan kotak itu, ada sedikit suara. Kemudian aku membuka bungkusannya, dan cukup terkejut. Ternyata kotak kayu itu adalah tempat dari sebuah jam tangan yang ada di dalamnya. Aku merasa heran dan terkejut, sebelumnya ibuku tak pernah memberi aku hadiah saat usiaku bertambah, tapi di usia ini ibu memberiku hadiah dan tak murah pula harganya.

Ada sebuah kartu ucapan di dalam kotak kayu itu, aku membukanya dan membacanya. Berisi beberapa wejangan dan harapannya. Ada satu kalimat yang sangat-sangat membuat aku berpikir dan merasa “Mbak, kalau sama orang tua jangan sekecap sama sekecap. Nanti kamu juga jadi orang tua dan merasakan.” Jleg, otakku langsung sangat berpikir dan hatiku menjadi merasa. Hari-hari sebelumnya aku sempat ribut dengan ibuku, dan di situ aku selalu membantah perkataan ibu. Otakku berpikir, hatiku merasa, Andaikan aku sudah menjadi orang tua dan anakku memperlakukan aku seperti apa yang aku lakukan pada ibuku sudah pasti sangat sakit rasanya. Di hari pertama pertambahan usiaku aku BELAJAR untuk mengerti dan merasa bagaimana perasaan menjadi orang tua.

Masih di pagi buta yang sama saat aku ingin terlelap tidur, ibuku berpesan “Mbak, jamnya jangan sampai hilang ya, dijaga.” Pesan yang mungkin memang standar, tapi otakku berpikir yang lain, aku BELAJAR lagi suatu hal bahwa pemberian adalah sebuah amanah yang harus dijaga. Ibuku sangat dengan percaya memberikan jam tangan itu padaku dan mempercayaiku pula untuk menjaga jam tangan itu. Ternyata sebuah pemberian itu tak hanya pemberian belaka, ada selipan kepercayaan di dalamnya.

Di usia ke 21 tahun ini aku agak merasakan juga, mungkin ibuku mulai takut “kehilangan” aku anak perempuan satu-satunya bila aku menikah nanti. Temannya saat di ranjang, temannya memasak, temannya bersantai, temannya melakukan perawatan kewanitaan, temannya mengeluh, temannya berbagi rasa, temannya bercerita, temannya mencari solusi permasalahan,, ahh masih banyak lagi kegiatan yang aku lakukan bersama ibuku.
Insya Allah sampai akhir nanti aku akan tetap menjadi temanmu yang baik bu,, akan sangat menyesal hidupku bila tak bisa menjadi teman yang baik sampai akhir nanti.
AKU SAYANG IBU...