Senin, 14 Mei 2012

STUDI KASUS KOMUNIKASI SOSIAL ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN


STUDI KASUS KOMUNIKASI SOSIAL
ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN

A.    LATAR BELAKANG
          Gayus Tambunan, siapa yang tidak mengenal nama ini di Indonesia. Hampir semua orang mengenalnya, mulai dari rakyat jelata hingga SBY sang Presiden.
          Gayus Halomon Partahan Tambunan lahir di Jakarta, 9 Mei 1979. Dia adalah mantan Pegawai Negeri Sipil di Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan Indonesia. Gayus saat ini menjadi tersangka kasus makelar pajak. Dia diduga menggelapkan uang rakyat hingga Rp 25 Miliar. Akibat dari terbongkarnya kasus ini, muncullah Gerakan Facebooker Boikot Pajak Untuk Keadilan.
          Terbongkarnya kasus Gayus ini bermula dari testimoni Susno Duadji yang menyebutkan bahwa Gayus memiliki uang Rp 25 Miliar, uang asing senilai Rp 60 Miliar dan juga harta-harta lainnya. Akibat dari bergulirnya kasus ini, Gayus sempat kabur ke Singapura sebelum akhirnya dijemput oleh Satgas Mafia Hukum.
          Berita menggemparkan kembali melanda masyarakat setelah wajah Gayus tertangkap kamera wartawan Kompas saat menyaksikan pertandingan tenis Commonwealth World Championship pada tanggal 5 November di Bali. Saat itu Gayus menyamar menggunakan wig dan kacamata.
          Penyamaran Gayus saat itu menjadi ruang hiburan tersendiri bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang memposting foto-foto editan wajah Gayus di dunia maya.
          Tidak hanya itu, akibat dari kehebatan Gayus yang dapat melancong saat berstatus tahanan ini, menjadi sebuah inspirasi bagi Bona Paputungan seorang eks narapidana yang merasa hidupnya di penjara berbeda 180ยบ dengan Gayus untuk menciptakan lagu berjudul “Andai Aku Gayus Tambunan”. Lagu dan video klip Andai Aku Gayus Tambunan ini diposting di situs Youtube dan telah di download oleh lebih dari 1800 orang.
          Lagu ini menjadi begitu fantastis di masyarakat. Video klip yang begitu natural menggambarkan Gayus berwig dan berkacamata kabur dari penjara ini menjadi sisi hiburan tersendiri bagi masyarakat.
B.     PERSPEKTIF
1.      Kekuatan Internet dalam Mobilisasi Opini
          Di postingnya video klip dan lagu Andai Aku Gayus Tambunan ciptaan Bona Paputungan menuai respon yang cukup luas di masyarakat. Orang-orang banyak y            ang menyanyikan lagu itu karena easy listening. Di postingnya lagu itu juga menciptakan penggalangan opini tersendiri dalam masyarakat. Kehidupan penjara yang selama ini dianggap keras dan sangat tidak enak terbantahkan sudah saat uang bisa mengatur semuanya.
Internet yang memiliki banyak sekali situs menjadi wahana tersendiri bagi masyarakat untuk menuangkan opini, ide, kritik, saran, emosi, ataupun ketidakpuasan pada satu atau banyak pihak.
Di dalam komunikasi sosial masyarakat, internet adalah salah satu media yang cukup penting. Internet dapat menyatukan berbagai orang pada jarak dan kalangan yang tak terbatas. Isu-isu yang berkembang di internet pun dapat berkembang dengan sangat pesat, diakibatkan oleh penerima pesan yang cukup luas menghasilkan feed back yang banyak pula. Jadi, dapat dikatakan pula bahwa mobilisasi opini yang digalang melalui media internet adalah sangat besar.
2.      Agregasi Sosial
          Isu-isu yang sering diperbincangkan di media internet adalah isu-isu sosial mengenai ketidakpuasan masyarakat akan bobroknya berbagai sistem pemerintah yang ada di Indonesia ini. Ketidakadilan yang didapat oleh masyarakat menengah kebawah juga menjadi topik yang tak ada habisnya di wahana internet.
          Isu-isu ketidakadilan tersebut, seperti contoh kasus Gayus yang saya angkat ini menuai respon yang cukup luas di masyarakat. Gayus yang memiliki banyak uang bisa melakukan hal-hal apapun yang diinginkannya walaupun dia berstatus tahanan. Tidak seperti tahanan lain yang tidak memiliki uang. Padahal, sudah selayaknya setiap orang memiliki kedudukan yang sama di mata hukum. Kegeraman masyarakat pada institusi POLRI menjadi semakin menjadi. Selain selama ini institusi POLRI sudah identik dengan banyaknya isu KKN, kegagalan kepolisian dalam menangani kasus Gayus semakin membuat masyarakat tidak percaya pada institusi POLRI.
          Agregasi-agregasi sosial soal ketidakadilan inilah yang biasanya menjadi kumparan besar dalam berbagai situs di media internet.
3.      Pola Besaran
          Pola besaran komunikasi yang muncul pada kasus ini adalah berawal dari kekecewaan masyarakat atas matinya hukum Indonesia terhadap Gayus. Menjadi besar dan tenar akibat dari dipostingnya video klip lagu Andai Aku Gayus Tambunan di situs You Tube oleh Bona Paputungan dan kemudian dilihat dan didownload oleh ribuan orang, dan yang membuat pola besaran komunikasi ini menjadi semakin luas adalah setelah penayangan cuplikan video klip ini di berbagai acara di stasiub televisi swasta.

REFERENSI:
·         http://id.wikipedia.org/wiki/Gayus_Tambunan
·         http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2011/01/16/brk,20110116-306534,id.html
·         http://www.inilah.com/read/detail/414451/inilah-kronologis-kasus-gayus-tambunan/
·         http://handokotantra.net/profil-gayus-tambunan.html
http://4ditya92.wordpress.com/2011/01/31/kasus-gayus-tambunan/

Ayah Sayang Kalian



Ayah Sayang Kalian

“Kerjaanku banyak banget hari ini, pulang telat deh. Harus buru-buru nih kasian anak-anak di rumah.”ujar Sastro dalam hati. Kupercepat langkahku menuju rumah, hari juga sangat mendung. Aku sangat cemas bagaimana nasib anak-anak di rumah jika hujan lebat turun sebelum aku sampai rumah. Namun, hujan tidak menyetujui keinginanku, dia turun begitu saja. “Ah, masih gerimis, aku terjang saja. Anak-anak, tunggu ayah pulang.”ucap Sastro dengan bersemangat.
            Keinginan Sastro agar hujan lebat tidak turun tidak diindahkan oleh hujan, beberapa menit kemudian hujan turun dengan derasnya sampai-sampai pemandangan sekitar tak terlihat. Sastro harus menyerah dengan keadaan ini, dia pun berteduh di halte bus.
***

            “Kakak,  rumahnya bocor semua. Sera mau tidur dimana?”ucap sera dengan terisak-isak. “Kakak, kenapa ayah belum pulang-pulang? Ade takut. Huaaaaa.”raung Ade sambil menarik-narik baju Tama. Tama sang kakak bingung bagaimana cara menenangkan adik-adiknya. “Sabar sayang, sebentar lagi ayah pulang dan hujan segera reda, jangan nangis ya. Cup cup cup.”Tama berusaha menenangkan sambil memeluk dan mengelus-elus kedua adiknya. “Karena di luar hujan, di dalam rumah pun hujan, bagaimana kalau kita main air saja di dalam rumah. Siapa yang setuju?”tawar Tama pada adik-adiknya. “Setujuuuuuu!”jawab Sera dan Ade dengan sangat bersemangat. “Jadi cara mainnya gini, Sera, Ade, dan Kak Tama masing-masing mencari panci atau baskom, lalu panci atau baskom itu kita taruh dilantai yang kena tetesan air hujan.” “Terus kak, mainnya gimana?”tanya Ade dengan polos sambil menghapus airmatanya. “Terusss, mau tahu lanjutannya?”ucap Tama dengan nada menggoda adik-adiknya. “Iya buruan kak.”cecar Sera dengan tidak sabar. “Kita dengerin nada-nada yang terbentuk dari suara tetesan hujan yang jatuh ke panci atau baskom. Dengan nada itu kita bisa bernyanyi bersama dengan irama tetesan air.”jelas Tama pada adik-adiknya. “Berangkaaaaaaaaaat.”teriak Ade dengan bersemangat.
            Ketiga anak itu pun memulai permainannya. Tama lega karena berhasil menenangkan emosi adik-adiknya paling tidak sampai ayahnya datang. Tama, Sera, dan Ade memainkan permainan yang diciptakan Tama ini dengan riang gembira. Mereka tertawa-tawa juga bernyanyi bersama.
***
            “Ya Allah, sudah satu jam lebih hujan kau turunkan dengan lebatnya. Hamba mohon redakan hujan ini, kasihanilah anak-anak hamba di rumah. Mereka masih kecil-kecil. Hamba harus segera pulang untuk memberikan rasa aman pada mereka.”doa Sastro. Namun, sepertinya Tuhan tidak langsung menjawab doa Sastro, hujan masih saja turun dengan lebatnya. Sastro menyadari, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain nekat. Sastro pun menerjang hujan yang sangat lebat itu, dengan kondisi hari yang sudah beranjak malam. Sastro berlari-lari dibawah hujan.
Sastro menyebrang jalan dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba dari arah kanan muncul lampu sorot yang menyilaukan mata. Ciiiiiiiitttt, pengendara mobil berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari Sastro, namun terlambat sudah. Brakkk. Dentuman keras menggema. Beruntung mobil tersebut hanya menyerempet Sastro, namun akibatnya badan Sastro lebam-lebam dan kaki yang bengkak cukup parah. Sriiittt, mobil tersebut meninggalkan Sastro dengan segera. Karena jalanan sepi tak ada yang bisa menghentikan laju mobil tersebut.
Dengan susah payah Sastro membangkitkan badannya dari aspal. “Ya Allah, kenapa begini nasibku? Bagaimana nasib anak-anakku di rumah?”rintih Sastro. Rumah Sastro tinggal berjarak 50 meter lagi dari posisinya sekarang. Setapak demi setapak ia jalani dengan kondisi kaki yang bengkak. Akhirnya sampailah ia di depan rumah dibarengi pula dengan redanya hujan.
Sastro melihat Tama anak pertamanya tengah menanti kedatangannya di teras rumah. Tama langsung berlari dan memeluk ayahnya yang baru sampai di depan pagar rumah. Melihat kondisi ayahnya yang menyedihkan Tama berurai air mata. “Ayah kenapa? Gak sakit kan?”tanya Tama dengan terisak-isak. “Ayah gak kenapa-kenapa nak. Ayo kita masuk, Tama mau kan ngobatin ayah?” Tama mengangguk sambil menuntun ayahnya masuk ke rumah.
“Adik-adikmu mana Tam?” “Mereka sudah tidur yah kecapekan nyanyi terus.”jawab Tama diselingi tawa. Sastro memeluk sambil kemudian mencium kening Tama. “Ayah sayang sekali sama kamu nak.”bisik Sastro
Setelah luka-lukanya diobati oleh Tama, Sastro masuk ke kamar dan melihat kondisi Sera dan Ade. Kedua anak itu terlihat tidur sangat pulas. Didekatinya kedua anak itu. Diciuminya kening mereka satu persatu sambil berbisik “ayah sayang kalian.”ucap Sastro. Tama yang melihat perlakuan ayahnya dari balik pintu datang mendekat dan memeluk ayahnya dengan erat. “Tama dan adik-adik juga sayang banget sama Ayah. Ayah janji ya sehat terus biar bisa nemenin Tama dan adik-adik.”ujar Tama lirih. Sastro mengangguk sambil memeluk erat anaknya.
***